Wisata Malam nan Menakjubkan di Tambelan, Bisa Menemani Penyu Bertelur di Pulau Nangke

Bintan, suaraserumpun.com – “Wow, sungguh wisata malam nan menakjubkan di Tambelan. Ini pengalaman berharga, yang tak bisa dilupakan seumur hidup,” ujar seorang pelancong Pulau Nangke, Senin (1/5/2023) malam. Ungkapan itu terlontar dari mulut seorang pelancong (wisatawan) tatkala menikmati perjalanan wisata malam nan menakjubkan di Tambelan. Bisa menemani penyu bertelur di Pulau Nangke.

Pulau Nangke merupakan satu dari 54 gugusan pulau di wilayah Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Ya, Tambelan di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyimpan syurga bahari. Cuma, kurang dieksplor. Berikut kisah perjalanan wisata malam yang dilakukan suaraserumpun.com di Tambelan, Bintan, Provinsi Kepri.

Minggu (30/4/2023), Bupati Bintan Roby Kurniawan bersama Forkopimda dan kepala OPD melaksanakan kunjungan kerja ke Kecamatan Tambelan. Setelah menempuh perjalanan 18 jam dari pelabuhan ASDP Tanjung Uban Pulau Bintan, KMP Bahtera Nusantara 03 pun merapat di dermaga pelabuhan Sri Bentayan Tambelan, Senin (1/5/2023) pagi. Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 WIB. Sebelumnya, kapal roro Bahtera Nusantara 03 lepas tali dari Tanjung Uban, pukul 14.00 WIB, Minggu (30/4/2023).

Rombongan Bupati Bintan, termasuk reporter suaraserumpun.com menginjakan kaki di pelabuhan Tambelan. Saat itu masyarakat Tambelan menyambut dengan kalungan bunga dan tepuk tepung tawar. Dari pelabuhan Tambelan, rombongan menuju Balai Adat Tambelan. Jaraknya tidak terlalu jauh ditempuh dengan sepeda motor.

Rombongan disambut dengan hidangan sarapan, lengkap dengan kerupuk ikan khas Tambelan. Setelah berehat sejenak Bupati Bintan dan masyarakat Tambelan melaksanakan halalbihalal. Sekaligus penyerahan beberapa bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan kepada masyarakat Tambelan.

Kegiatan silaturahmi ditutup dengan tausiyah yang disampaikan oleh ustaz Muhammad Chandra. Tak terasa, matahari sudah berada di atas kepala. Waktunya istirahat. Karena, pukul 14.00 WIB, ada tugas peliputan lomba kayuh sampan tradisional di Desa Kampung Melayu. Pesertanya dari 4 desa dan 1 kelurahan di Pulau Tambelan.

Hujan panas membikin kondisi tubuh tak menentu. Lomba kayuh sampan tradisional terus berlanjut. Event ini menjadi agenda wisata budaya masyarakat Tambelan.

Matahari semakin condong ke arah barat. Waktu sudah pukul 16.35 WIB. Sesaat, telepon berdering.

“Pompong sudah siap bang. Kita lepas tali dari Kampung Hilir,” ujar Ronni, warga Tambelan yang menjadi guide untuk menjalani wisata malam.

Seluruh perlengkapan logistik sudah siap. Tak terkecuali perlengkapan pancing serta senter. Ronni pun memanggil Erwin dan Pak Sariadi yang menjadi nakhoda kapal motor (pompong) berukuran 10 GT. Mereka yang menemani sekaligus menjadi guide wisata malam saat itu.

Pompong nelayan yang dikemudikan Sariadi pun berjalan meninggalkan dermaga Desa Kampung Hilir. Saat itu, Erwin pun sudah menggulung tali pengikat pompong. Pompong pun siap menuju ke Pulau Nangke. Sebelum meninggalkan Pulau Tambelan, kapal motor singgah sejenak di salah satu tempat pengumpulan ikan. Di tempat ini, Ronni mengambil umpan pancing.

Matahari mulai sembunyi di ufuk barat, perjalanan pun dimulai. Rombongan sebanyak enam orang mulai mengarungi lautan, untuk menempuh jarak sekitar 10 mil laut. Sepanjang perjalanan, mata menatap ke arah gugusan pulau sambil berbincang dan menikmati kue-mue. Rona pancaran sinar matahari yang kemerahan semakin redup. Pertanda waktu memasuki senja dan beranjak malam.

Usai salat magrib di atas dek pompong, cuaca tak berubah. Air laut cukup tenang. Suasana ini tak bagi Ketua PWI Bintan untuk merebahkan badannya hingga sampai ke Pulau Nangke. Sinaran bulan malam itu seakan menerangi perjalanan wisata malam di Pulau Nangke.

Setibanya di pesisir laut Pulau Nangke, Erwin mengambil senter untuk memberikan kode kepada seseorang yang menjaga Pulau Nangke. Dari atas kapal, Erwin terus menyoroti senternya ke satu bangunan pondok kayu, tak jauh dari bibir pantai. Beberapa saat kemudian, muncul seorang pria, dan membalas lampu isyarat yang diberikan Erwin.

Pria yang dari kejauhan belum terlihat jelas itu kemudian keluar pondoknya dan menuju bibir pantai untuk mengambil jongkong (sampan kecil), yang diikat di tepian pantai. Dia mengayuh jongkongnya memakai dayung menuju tambatan pompong Sariadi, yang jaraknya sekitar 20 meter dari tepian bibir pantai.

Nama pria yang mendayung jongkong ini dipanggil Pak Ujang. Nama sebenarnya Fendi yang sudah berusia 52 tahun. Pak Ujang hanya memakai celana pendek berwarna kecoklatan dengan atasan kaus berwarna oranye. Rambutnya tertutup peci hitam. Pak Ujang menjemput rombongan wisata malam, dengan mengayuh jongkong agar bisa menapakkan kaki di Pulau Nangke. Reporter suaraserumpun.com dan empat pelancong lainnya, turun ke Pulau Nangke secara bergantian.

Pak Ujang dengan tersenyum menyambut untuk menjawab rasa penasaran para pelancong, bagaimana proses penyu bertelur. Pulau Nangke merupakan satu dari beberapa gugusan pulau di Kecamatan Tambelan yang menjadi tempat penyu-penyu bertelur.

Rombongan wisata malam ini, tak langsung menyisir pantai beralaskan pasir putih untuk mencari penyu-penyu yang akan bertelur. Pak Ujang mengajak untuk duduk berehat sejenak di teras pondok panggungnya. Bagi reporter suaraserumpun.com, pria paruh baya itu tidak begitu asing. Sebab, 17 tahun lalu, sudah bertemu.

“Iya, benar. Saya di sini tahun 2004. Kita jumpa di pulau Nangke ini, tahun 2006, 17 tahun silam. Saya ingat kejadian itu,” ujar Pak Ujang, saat reporter suaraserumpun.com menceritakan pengalaman pertama kali menikmati wisata malam di Pulau Nangke ini.

“Iya, benar. Saya di sini tahun 2004. Kita jumpa di pulau Nangke ini, tahun 2006, 17 tahun silam. Saya ingat kejadian itu,” ujar Pak Ujang, saat reporter suaraserumpun.com menceritakan pengalaman pertama kali menikmati wisata malam di Pulau Nangke ini.

“Kite cari aje, semoga ade (penyu bertelur),” ucap Pak Ujang dengan dialeg khas Melayu Tambelan.

Dipandu Pak Ujang dan Erwin, wisata malam pun dimulai. Rombongan reporter suaraserumpun.com mulai menyisir pantai Pulau Nangke. Daerah yang disisir pertama, berada di sebelah utar. Cahaya bulan malam itu membantu penerangan. Ada beberapa tapak penyu yang ditemukan.

“Itu tapak dia (penyu) siang tadi. Dan yang itu, tapak lame (lama),” sebut Pak Ujang.

Sambil mengamati pantai, Pak Ujang menjelaskan tentang kebiasaan penyu bertelur di pulau itu.

“Kalau nak banyak, biase die (penyu) naik pada bulan 5, 6, 7, 8 sampai 9. Itu musim die betelur,” sambung Pak Ujang ayah lima anak tersebut.

Sudah 19 tahun Pak Ujang menunggu pulau Nangke itu, kesehariannya bekerja untuk menjaga pohon kelapa milik seorang warga Tambelan dipulau tersebut. Kami bukan rombongan pertama yang dihantar Pak Ujang untuk melihat penyu bertelur. Sudah beberapa kali Pak Ujang menjadi tour guide bagi orang yang ingin melihat lebih dekat proses penyu bertelur.

Beberapa lapak yang kami temui, semuanya kata Pak Ujang sudah ditinggal penyu ke laut. Telur-telur yang ditimbun si induk akan ditinggal hingga menetas menjadi tukik tanpa proses pengeraman. Namun, kami tidak putus asa. Hingga tak terasa langkah kaki kami terhenti saat Pak Ujang berteriak melihat ada seekor penyu berukuran besar akan bertelur di bibir pantai.

Beberapa orang pelaku wisata malam di Pulau Nangke yang sedari awal tertinggal di belakang langkah Pak Ujang, seketika bergegas menghampiri Pak Ujang. Benar saja, seekor penyu akan bertelur di lokasi itu. Namun kami dilarang mendekat, agar si penyu mau bertelur di lokasi itu.

“Kalau penyu lagi membuat lubang, tidak boleh terganggu oleh lingkungan sekitar. Nanti die (penyu) merajuk tak nak betelur,” jelas Pak Ujang.

Para pelancong hanya bisa mengamati dari jarak 5 meter, saat penyu membuat lubang. Dari proses ini, kami mengamati si penyu awal mula untuk bertelur. Kebetulan penyu yang kami temui jenis sisik kata orang Tambelan. Penyu sisik itu menggali lubang tak begitu dalam menggunakan kedua kaki bagian belakangnya.

Tak berselang waktu yang lama, Pak Ujang menyampaikan, si penyu akan mengeluarkan telur-telurnya. Dari situ, rombongan wisata malam berkesempatan langsung menyaksikan momen langka tersebut. Si penyu pun mulai mengeluarkan telur-telurnya yang lunak itu.

Telur yang dikeluarkan kisaran 4 hingga 5 butir, tahapan ini terus dilakukan hingga kami hitung mencapai 204 butir telur yang dikeluarkan si penyu sisik itu. Selama proses bertelur, para pelancong sudah bisa mendekati tubuh penyu. Bahkan, kita bisa menempelkan wajah ke tubuh si penyu.

“Malam ini, kita bisa menemani penyu bertelur,” kata Ronni.

Selesai bertelur, kami melihat si penyu menggali pasir menggunakan kedua kaki depannya seakan hendak berjalan meninggalkan telur-telurnya.

Dalam kondisi ini, itu tandanya si penyu akan mandi pasir atau bekebas. Istilah ini merupakan proses induk penyu untuk menghilangkan jejak, di mana lubang tempat telur-telurnya. Agar aman dari predator-predator pemangsa telur penyu.

Pada proses ini, si penyu benar-benar cerdik menyembunyikan lubang tempatnya bertelur. Permukaan pasir dibuat mirip seperti kondisi awal sebelum Ia bertelur. Pada proses ini, setidaknya si penyu menghabiskan lebih kurang 1 jam, sebelum kembali turun ke laut untuk kembali ke habitatnya.

Telur-telur itu akan ditinggal si penyu hingga menetas pada hari ke-40. Namun, pada hari ke-13 atau 14, si penyu akan kembali ke lokasi bertelurnya, untuk kembali mengeluarkan telur-telurnya yang lokasinya bersebelahan dengan lokasi pertama bertelur.

“Nanti balek lagi, hari ke-13 akan betelur lagi biase dekat juga tak jauh dari situ,” ucap Pak Ujang.

Meskipun tak ada tanda khusus, namun satu indukan penyu kata Pak Ujang akan terus bertelur di lokasi yang tidak jauh-jauh dari lokasi bertelur sebelumnya. Bahkan, meskipun belum ada penelitian ilmiah. Tapi Pak Ujang begitu yakin, jika tukik yang berhasil menetas dan turun ke laut dengan selamat hingga besar di habitatnya, akan kembali ke lokasi tempatnya pertama ditetaskan dari sebutir telur lunak itu.

“Die (tukik) kuat instingnya, nanti kalau lah besar pasti kembali lagi ke sini untuk betelur. Istilah die balek kampunglah,” ucap Pak Ujang.

Dari wisata malam di Pulau Nangke Tambelan ini, para pelancong (pengunjung) bisa melihat secara dekat bagaimana seekor penyu bertelur. Mulai dari pencarian lokasi aman untuk bertelur, membuat lubang tempatnya bertelur menggunakan kaki-kaki bersiripnya hingga kembali ke laut meninggalkan telur-telurnya.

Seluruh badannya tertutup dengan pasir, matanya yang hitam berair selalu dikedipkan si penyu agar bersih dari serpihan pasir-pasir pantai. Dari seekor penyu, kami bisa melihat perjuangannya mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Perjalanan wisata malam di Pulau Nangke benar-benar asyik, ketika bisa menemani penyu betelur.

Tak terasa, malam semakin larut. Sudah saatnya beranjak ke objek wisata malam lainnya.

“Kita melanjutkan perjalanan ke spot mancing,” lanjut Ronni.

Wisata mancing juga menjadi bagian yang tak terpisahkan, kalau kita melancong ke Tambelan. Hampir di setiap spot mancing, para mancing mania akan mendapatkan ikan yang berkualitas ekspor. Ukurannya, bervariasi.

“Benar-benar wisata malam nan menakjubkan di Tambelan ini. Kita bisa menemani penyu bertelur di Pulau Nangke, hingga mancing di laut. Ini pengalaman pertama saya, dan tak terlupakan seumur hidup,” gumam Oxi kepada reporter suaraserumpun.com.

Bupati Bintan Roby Kurniawan mengatakan, beberapa tahun lalu, Pemkab Bintan sudah menyediakan penangkaran telur penyu, hingga menjadi tukik. Kemudian, tukik itu dilepaskan kembali ke laut. Bahkan, mantan Gubernur Kepri alm H Muhammad Sani pernah melepaskan penyu yang sudah beranjak dewasa dari penangkaran tersebut, ke laut.

Ke depan, kata Roby Kurniawan, Pemkab Bintan mengajak masyarakat Tambelan untuk menyediakan home stay atau rumah penginapan bagi turis, yang ingin menikmati wisata bahari di Tambelan.

“Transportasi ke Tambelan sudah oke. Tinggal fasilitas pendukung lainnya yang perlu disiapkan, untuk mengembangkan potensi wisata bahari di Tambelan ini. Kita juga akan promosikan potensi syurga bahari di Tambelan ini,” demikian keinginan Roby Kurniawan Bupati Bintan. (yen)

Editor: Sigik RS

 278 total views,  1 views today

About the Author

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bintan

Kabupaten Bintan Merupakan destinasi Wisata kelas dunia yang mempunyai keindahan alam, keragaman hayati, keunikan wisata budaya, kearifan lokal yang terpelihara sehingga sangat menarik untuk dikunjungi, Setelah sukses menggelar beberapa event olahraga dunia, Bintan akan semakin giat untuk mengadakan event wisata lainya untuk meningkatkan kunjungan Wisatawan maupun Wisnus.

You may also like these

Follow us on Instragram

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bintan #DisbudparBintan #LiburanDiBintanAja #BintanBreathtakingJourney

Translate »