Kepala Bidang Pengembangan Detinasi Wisata Disbudpar Bintan, Dahsyat Gafnesia mengatakan, acara ini diikuti 57. Mereka berasal dari berbagai kalangan dan pengelola destinasi yang ada di Kabupaten Bintan. Ada dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bintan, GenPi Bintan, Desa Wisata Ekang, Desa Busung, Desa Berakit, Desa Kuala Sempang, Desa Mapur, Desa Sebong Lago,i Kampung Baru Lagoi dan lainnya.
Pelatihan tata kelola destinasi tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah Bintan untuk meningkatkan kemampuan manajemen pengelola destinasi wisata.
“Masyarakat merupakan faktor terpenting dalam suksesnya suatu daerah untuk dijadikan kawasan wisata. Terlebih destinasi wisata itu dikelola oleh warga masyarakat sendiri seperti yang terjadi di Kabupaten Bintan saat ini,” kata Dahsyat.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bintan Wan Rudy menuturkan, Kabupaten Bintan telah mengalami perkembangan wisata yang sangat pesat. Apalagi menjadi salah pintu gerbang di Kepri yang mendatangkan wisatawan mancanegara dengan jumlah kunjungan lebih dari 560 ribu orang di tahun 2018. Itu menjadi hal yang istimewa untuk Bintan karena memberikan dampak yang besar kepada ekonomi masyarakat pada tiap-tiap destinasi yang dikunjungi.
“Kita harapkan setelah ini para peserta dapat lebih terampil dan profesional dalam menelola tempat wisatanya masing-masing. Serta mengikuti standar pariwisata secara global,” jelas Wan Rudy.
Salah satu narasumber dalam pelatihan itu adalah Dr. Febrianti Lestari. Dosen Ekowisata FIKP Umrah menjelaskan, konsep pariwisata telah mengalami banyak perubahan. Biasanya banyak dikelola instansi tertentu, sekarang lebih banyak destinasi yang dikelola oleh masyarakat. Tata kelola sangat diperlukan untuk menunjang majunya tiap-tiap destinasi mereka agar lebih maju lagi.
“Peningkatan kapasitas dan profesionalisme masyarakat sekitar destinasi wisata serta pelaku usaha pariwisata di Bintan perlu ditata dan dikelola lebih baik lagi. Karena itu akan menjalankan peran mereka lebih terkoordinir, terencana, terstruktur, terkendali dan terus bersinergi,” imbuh Febri.
Narasumber lain adalah Manager Environmental and Health Division (EHD) BRC Lagoi, Ray Tobing. Ia menjelaskan, ada beberapa tata kelola yang perlu diketahui. Mulai dari tata kelola potensi SDA dan kearifan lokal, tata kelola lingkungan dan kesehatan, hingga tata kelola produk dan promo pariwisata.
“Lingkungan dalam dunia pariwisata juga perlu diperhatikan. Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat menurunkan minat wisata dan berdampak pada kelangsungan bisnis pariwisata,” tuturnya. www.genpi.co
2,549 total views, 2 views today